Sabtu, 05 November 2011


Alexander Agung /Iskandar Dzulqarnain : Pemimpin militer paling genius sepanjang zaman 

Zulkarnain adalah antara tokoh pahlawan Islam yang mengetengahkan
tiga konsep yang disarankan oleh Islam dalam peperangan.

Di dalam kitab suci Al Qur’an surat Al Kahfi terdapat kisah seorang raja yang saleh bernama Dzul Qarnain. Allah mengurniakannya kekuasaan di muka bumi dan kepadanya dianugerahkan pula jalan untuk mencapai berbagai kebajikan.

Tahta kerajaan dan kekuasaan yang dimilikinya tidak membuatnya lupa diri dan sombong. Bersama pasukannya ia menjelajah jauh ke timur dan jauh ke barat, hingga suatu saat ia melihat matahari tenggelam di dalam laut yang berlumpur, dimana Allah swt. menegurnya.

Dalam surat al Kahfi ayat 86, Allah berfirman: “Sehingga tatkala ia (Dzul Qarnain) sampai di tempat matahari terbenam, ia melihat matahari tenggelam di laut berlumpur hitam; dan di tempat itu ia mendapati suatu kaum. Kami (Allah) berfirman: ‘Hai Dzul Qarnain, engkau boleh menghukum dan boleh pula berbuat baik terhadap mereka”.

Sewaktu Dzul Qarnain melakukan penjelajahan berikutnya , dia dan anak buahnya sampai ke sebuah kawasan yang dikuasai oleh kelompok Ya’juj dan Ma’juj yang terkenal keji dan serakah.

Untuk menciptakan ketenangan penduduk, dengan rahmat Allah swt. di tempat tersebut Dzul Qarnain membangun dinding pemisah yang tinggi besar terbuat dari bongkahan besi cor (‘cast iron’). Dengan berdirinya tembok tersebut, penduduk yang lemah dan teraniaya itu merasa aman dan terlindungi.

Mereka sangat berterima kasih atas kedatangan dan budi baik Dzul Qarnain sehingga terlepas dari penindasan dan pemerasan Ya’juj dan Ma’juj. Kejadian ini diabadikan dalam Al Qur’an surat Al Kahfi ayat 92 – 98, yang berbunyi:



“Kemudian dia (Dzul Qarnain) menempuh jalan (yang lain): Sehingga tatkala dia telah sampai diantara dua gunung, maka dia mendapatkan di sekeliling dua gunung itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: ‘Hai Dzul Qarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi. Maka bolehkah kami memberikan pembayaran kepadamu (dengan syarat) bahwa kamu membuatkan dinding antara kami dengan mereka”.

Dzul Qarnain berkata: ‘Apa yang Tuhanku memberikan kekuasaan kepadaku di dalamnya adalah lebih baik, maka bantulah aku dengan kekuatan (pekerja-pekerja), nanti aku akan membuatkan dinding antara kamu dengan mereka.

Berikan kepadaku potongan-potongan besi, sehingga apabila besi itu sama (rata) antara kedua pucuk gunung, berkatalah Dzul Qarnain:

Tiuplah api itu’. Sehingga tatkala besi itu menjadi (merah seperti) api, dia berkata: 'Berikan kepadaku leburan tembaga, akan kutuangkan diatasnya’

Maka mereka tidak dapat mendakinya dan mereka tidak dapat melobanginya. Dzul Qarnin berkata: ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku. Dia akan menjadikannya hancur (rata dengan bumi), dan janji Tuhanku adalah benar”.


Tokoh ini dikatakan mempunyai ciri-ciri istimewa sehingga diberi
kepercayaan membina tembok penghalang bagi makhluk perosak

umat manusia Yakjuj dan Makjuj. Apakah keistimewaan
beliau sehingga namanya tercatat dalam Al-Quran?

Siapakah sebenarnya Dzul Qarnain itu?

Kitab suci Al Qur’an tidak menjelaskan lebih jauh siapakah raja yang bernama Dzul Qarnain itu, kapan dia berkuasa, dimana kerajaannya dan daerah mana saja yang pernah dijelahahi dan ditaklukannya. Yang dapat ditangkap dengan jelas adalah pesan kebesaran jiwa dari seorang penguasa yang gagah berani, banyak mengadakan perjalanan jauh bersama pasukannya.

Seorang yang tidak menghendaki penindasan dan perampasan hak hidup dan milik orang-orang yang lemah dan teraniaya. Diatas segalanya Dzul Qarnain adalah sosok penguasa yang bertakwa kepada Allah swt., mematuhi perintah dan larangannya serta berkeyakinan bahwa segala kekuatan dan kebesaran termasuk tembok besi yang kokoh dan besar, yang menghubungkan dua gunung yang berdekatan adalah rahmat pemberian Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Dia mengingatkan bahwa segala yang besar tegak berdiri pada saatnya bila Allah swt. sudah menghendaki akan hancur rata dengan tanah, hilang bekas dan tandanya bahwa sebelumnya pernah menjadi monumen yang menjulang tinggi.

Demikian pula dengan kebesaran dirinya yang disadarinya tidak akan kekal abadi yang disertai kepekaan hati nurani mengantarnya pada sifat pemimpin yang tawadhu’, merendahkan diri dihadapan Tuhannya, sehingga pribadi dan kisah perjalanan hidupnya dijadikan teladan dan diabadikan namanya dalam kitab suci Al Qur’an.

Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Dzul Qarnain yang kisahnya tercantum dalam Al Qur’an adalah seorang raja dari Macedonia yang bergelar Alexander the great (Iskandar yang agung), yang hidup pada tahun 356 SM – 323 SM. Sewaktu menggantikan ayahnya raja Philip II, usia Iskandar baru 20 tahun, namun dia telah menunjukkan bakat sebagai pemimpin besar yang mewarisi daerah kekuasaan sampai ke Yunani.

Untuk mempersiapkan pengganti, ayahnya telah menyediakan seorang guru istimewa, seorang filosof termasyhur Aristoteles, disamping dia harus terus berlatih berperang. Melanjutkan cita-cita ayahnya, Alexander menyerang kerajaan besar yang daerah kekuasaannya sangat luas dibanding negaranya. Meskipun pasukannya lebih kecil, dengan kecerdasannya dia akhirnya dapat menguasai kekaisaran Persia pada tahun 331 SM. Sewaktu berperang di Libanon yang waktu itu bernama Phoenicia Tyre, Alexander menerima tawaran dari Raja Persia untuk menghentikan pertempuran dengan imbalan akan menerima setengah wilayah kekuasaan Persia.

Kota Iskandariah sebuah kota masyhur di bumi Mesir - Kota Pelabuhan import - eksport muncul sekitar tahun 332 SM.Dibina oleh seorang penjelajah dunia terkenal,Iskandar Zulkarnain(Alexender The Great) yang bermaksud raja Timur dan Barat.Dilahirkan di Mecedonia.Beliau telah memerintahkan Denakrates(seorang ahli perancang kota) untuk merealisasikan impiannya itu.Beliau pernah menakhluk dunia dari daratan Yunani,Laut Tengah,Mesir, Asia Minor, Persia,hingga India Utara.Kota ini juga berkembang pesat dan pernah menjadi ibu kota Mesir selama hampir 1000 tahun.Ia berterusan sehinggalah penakhlukan islam terhadap Mesir,iaitu setelah penguasaan oleh tiga peradaban besar: Batlemeus, Rom dan Bazantine.


Manakah yang benar?
Fakta sejarah tidak menunjukkan bahawa Alexander The Great adalah Zulkarnain yang disebut dalam Al-Quran (di dalam Al-Quran hanya disebut Karnaen tanpa Iskandar). Siapakah Zulkarnain yang disebutkan di dalam Al-Quran? Apakah dia seseorang di masa lalu ataukah di masa depan? Tiada siapa yang tahu.Namun kita perlu mengambil hikmah di sebalik cerita Iskandar Zulkarnain ini.

Selama 12 tahun Alexander menguasai pantai Laut Tengah Mesir, Kemudian Babylonia hingga ke wilayah Pakistan dan India Utara sekarang. Selain di Mesir Alexender juga mendirikan/diabadikan di kota-kota berikut:

*Alexandria Asiana, Iran
*Alexandria In Ariana, Afghanistan
*Alexandria of the Caucasus, Afghanistan
*Alexandria on the Oxus, Afghanistan
*Alexandria of the Arachosians, Afghanistan
*Alexandria on the Indus, Pakistan
*Alexandria Eschate, ”The furthest” Tajikistan

Seorang panglima perang Alexander yang bernama Parmenio mengomentari tawaran itu: ‘Seandainya saya Alexander, tawaran itu saya terima”. Mendengar komentar panglimanya Alexander menaggapinya dengan cerdik: ‘Begitu pula aku, seandainya aku ini Parmenio!’ Tidak hanya berhenti sampai di Persia, sesudah Tyre jatuh dia menuju arah selatan mengalahkan Gaza dan akhirnya sampai di Mesir, dimana di sini dia mendirikan sebuah kota pelabuhan bernama Iskandariyah. Penaklukannya dilanjutkan ke Afghanistan, terus melintasi pegunungan Hindu Kush menuju India.

Pada tahun 323 SM sewaktu berada di Babylon, Iskandar terserang penyakit demam kemudian meninggal dunia pada usia menjelang 33 tahun. Cleopatra berceritera kepada Julius Caesar sewaktu berada di Mesir bahwa penyakit yang diderita Alexander adalah epilepsi (ayan) sama dengan penyakit yang diidap Julius Caesar waktu itu.

Sementara itu sebagian ahli sejarah yang lain berpendapat bahwa Dzul Qarnain bukanlah Alexander dari Macedonia, mereka menyatakan bahwa yang dimaksud Dzul Qarnain di dalam kitab suci Al Qur’an adalah Cyrus yang agung, pendiri kekaisaran Persia yang hidup 200 tahun sebelum Alexander, yakni pada tahun 590 SM – 529 SM, yang kekuasaannya membentang dari Laut Tengah sampai India.

Persamaan antara keduanya, mereka sama-sama menjelajah ke Barat dan ke Timur dari Babylonia hingga Asia Tengah terus ke sungai Indus di India. Yang menonjol dari diri Cyrus adalah kebijaksanaannya dalam mengendalikan pemerintahan, dimana dia terkenal toleran dengan agama-agama dan adat-istiadat setempat, tidak bersikap kejam pada orang-orang yang ditaklukkannya serta seorang penguasa yang berperikemanusiaan pada jamannya. Cyrus atau Kurush dilahirkan di Persia sekitar tahun 590 SM dimana waktu itu yang berkuasa adalah kerajaan Medes.

Dia masih keturunan pembesar daerah itu sebagai bawahan raja Medes. Ketika dewasa Cyrus dapat mengalahkan raja Medes dan Persialah yang kemudian membawahi Medes dan Babilonia. Hampir dua abad Persia mengalami kejayaan, perdamaian dan kemakmuran hingga datang Alexander untuk menguasainya.



Apabila benar bahwa yang dimaksud Dzul Qarnain itu adalah Cyrus, berarti dia hidup sekitar 1000 tahun sebelum turunnya wahyu Al Qur’an kepada Nabi Muhammad saw.

Untuk mengetahui kebenaran keberadaan dinding besi yang dibangun Dzul Qarnain, Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa seorang kalifah bernama Khalifah Al Watsiq dari bani Abbas (842 – 847M) mengirim tim ekspedisi yang memakan waktu selama dua tahun. Setelah kembali ke Baghdad mereka melaporkan bahwa memang ada dinding tinggi besar terbuat dari besi dan tembaga yang dilengkapi dengan pintu-pintu besar dan kunci-kunci besar serta bekas-bekas batu tembok dan semen kelihatan sudah membatu berserakan.

Sayid Quthub menulis pada ‘Tafsir Fi Zhilalil Qur’an bahwa ada orang yang menemukan dinding besi bendungan di dekat kota Tarmidz Asia Tengah yang dikenal dengan nama ‘Pintu Besi’. Dan pada awal abad ke - 15, seorang sarjana bangsa Jerman bernama Selad Burger telah mengadakan penyelidikan ke tempat tersebut. Seorang ahli sejarah bernama Klafego pada tahun 1403 mengunjungi ‘Pintu Besi’ yang terletak antara Samarkand dengan India. Mereka mengatakan besar kemungkinan bahwa itulah bendungan raksasa Dzul Qarnain.

..............................


Alexander Agung
- Si Penakluk besar

Alexander (yang) Agung, juga dieja: Aleksander (yang) Agung, Iskandar (yang) Agung, Iskandar Zulkarnain (bahasa Yunani ("Megas Alexandros"), bahasa Inggris: Alexander the Great adalah seorang penakluk asal Makedonia. Ia diakui sebagai salah seorang pemimpin militer paling genius sepanjang zaman. Ia juga menjadi inspirasi bagi penakluk-penakluk seperti Hannibal, Pompey dan Caesar dari Romawi, dan Napoleon. Dalam masa pemerintahannya yang singkat, Alexander mampu menjadikan Makedonia sebagai salah satu kekaisaran terbesar di dunia.

Alexander dilahirkan pada tanggal 20 Juni 356 SM di Pella, ibu kota Makedonia, sebagai anak dari Raja Makedonia, Fillipus II, dan istrinya Olympias, seorang Putri dari Epirus. Ketika kecil, ia menyaksikan bagaimana ayahnya memperkuat pasukan Makedonia dan memenangkan berbagai pertempuran di wilayah Balkan. Ketika berumur 13 tahun, Raja Filipus mempekerjakan filsuf Yunani terkenal, Aristoteles, untuk menjadi guru pribadi bagi Alexander. Dalam tiga tahun, Aristoteles mengajarkan berbagai hal serta mendorong Alexander untuk mencintai ilmu pengetahuan, kedokteran, dan filosofi.

Pada tahun 340 SM, Filipus mengumpulkan sepasukan besar tentara Makedonia dan menyerang Byzantium. Selama penyerangan itu, ia memberikan kekuasaan sementara kepada Alexander yang ketika itu berumur 16 tahun, untuk memimpin Macedonia. Raja Phillip II meninggal tahun 336 SM oleh pembunuh gelap pada saat pernikahan putrinya. Alexander pun naik tahta menggantikan ayahnya pada usia 20 tahun. Sesaat setelah kematian Phillip, kota-kota di Yunani yang sebelumnya telah tunduk pada Makedonia seperti Athena dan Thebes memberontak.

Alexander segera bertindak dan berhasil menggagalkan pemberontakan tersebut. Namun, tahun beikutnya terjadi pemberontakan kembali, dia memutuskan untuk bertindak tegas dengan mengahancurkan Thebes dan menjual seluruh penduduknya sebagai budak. Kejadian ini berhasil memadamkan keinginan kota-kota lain untuk memberontak.





Peta menunjukkan penaklukan Alexander timur dan barat.
Digelar Dzulqarnain (Yang Memiliki Dua Tanduk) kerana berjaya
menguasai kerajaan Yunan dan Parsi yang merupakan
dua kuasa terbesar pada masa itu.

Tahun 335 SM, Alexander menyerang Persia dengan membawa sekitar 42.000 pasukan. Selama dua tahun berikutnya Alexander memenangkan berbagai pertempuran melawan pasukan Persia hingga akhirnya dia berhasil mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Raja Persia Darius III pada 333 SM. Darius yang kabur berusaha untuk damai dengan menawarkan Alexander wilayah dan harta namun ditolak.

Alexander mengatakan bahwa dia sekarang adalah Raja Asia dan hanya dia yang berhak menentukan pembagian wilayah. Alexander kemudian meneruskan ekspansi militernya hingga berhasil menaklukkan wilayah Mesir hingga ke perbatasan India sebelum terpaksa berhenti karena prajuritnya yang kelelahan karena pertempuran terus-menerus selama sepuluh tahun. Alexander kemudian kembali ke kerajaanya untuk merencanakan ekspansi baru. Selama perjalanan ia mengeksekusi banyak satrap (semacam gubernur) dan pejabat yang bertindak melenceng sebagai contoh.

Kemudian sebagai wujud terima kasih pada para prajuritnya, Alexander memberi sejumlah uang pada mereka dan menyatakan bahwa ia akan mengirim para veteran dan cacat kembali ke Makedonia. Namun tindakan ini justru diartikan sebaliknya oleh prajurit Alexander. Selain itu, mereka juga menentang sejumlah keputusan Alexander, seperti mengadopsi budaya Persia dan dimasukkanya pasukan dari Persia ke dalam barisan prajurit dari Makedonia. Sejumlah Prajurit kemudian memberontak di kota Opis.

Alexander mengeksekusi para pemimpin pemberontakan tersebut, namun mengampuni para prajuritnya. Dalam upaya menciptakan perdamaian yang bertahan antara orang-orang Makedonia dan rakyat Persia, Alexander mengadakan pernikahan massal antara para perwiranya dengan wanita bangsawan dari Persia. Akan tetapi, hanya sedikit pernikahan yang bertahan lebih dari setahun.
Sewaktu di Babilonia, Alexander tiba-tiba terkena sakit parah dan mengalami demam selama 11 hari sebelumnya akhirnya meninggal pada tanggal 10 Juni 323 SM, dalam usia sekitar 33 tahun. Penyebab kematian yang sesungguhnya tidak jelas.

Setelah kematian Alexander, tidak adanya ahli waris menyebabkan terjadi perpecahan dan pertempuran antara para bawahannya. Akhirnya, setelah perselisihan bertahun-bertahun, sekitar tahun 300 SM, kekuasaan atas bekas kerajaan Alexander terbagi menjadi 4 wilayah yang masing dikuasai salah satu jendral Alexander.

Dunia pada saat kematian Alexander, menunjukkan kemaharajaannya dalam konteks geopolitik yang lebih besar Walaupun hanya memerintah selama 13 tahun, semasa kepemimpinannya ia mampu membangun sebuah imperium yang lebih besar dari setiap imperium yang pernah ada sebelumnya.

Pada saat ia meninggal, luas wilayah yang diperintah Alexander berukuran 50 kali lebih besar daripada yang diwariskan kepadanya serta mencakup tiga benua (Eropa, Afrika, dan Asia). Penyatuan wilayah dari makedonia hingga persia oleh Alexander Agung menyebabkan terbetuknya perpaduaan kebudayaan Yunani, Mediterrrania, Mesir, dan Persia yang disebut dengan kebudayaan Hellenisme. Pengaruh Hellenisme ini bahkan sampai ke India dan Cina. Khusus di Cina, pengaruh kebudayaan ini dapat ditelusuri di antaranya dengan artefak yang ditemukan di Tunhuang.

Alexander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai berdasakan namanya, seperti Alexandria atau Alexandropolis. Salah satu dari kota bernama Alexandria yang berada di Mesir, kelak menjadi terkenal karena perpustakaannya yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta berkembang menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu. Gelar The Great atau Agung di belakang namanya diberikan karena kehebatannya sebagai seorang raja dan pemimpin perang lain serta keberhasilanya menaklukkan wilayah yang sangat luas hanya dalam waktu 10 tahun.
.................................


Patung Alexander Agung di British Museum.

Menolak anggapan Alexander Agung adalah Dzul Qarnain

Alexander Agung adalah salah satu tokoh yang dianggap sebagai Dzul Qarnain (Iskandar Zulkarnain) yang dapat ditemukan pula pada kitab suci Al Qur'an, Surah Al Kahfi 83-101. Dikisahkan ialah yang mengurung bangsa Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog) - yang menurut hadist shahih, bangsa tersebut akan keluar di akhir zaman. Riwayat ini bemula dari saat ia akan menaklukkan suatu daerah, penduduk tersebut tanpa disangka bersedia mengikutinya. Asal bangsa Yajuj dan Majuj dikurungnya. Maka Iskandar Dzulqarnain mengurung kedua bangsa tersebut. Dan para penduduk pun bersedia ditaklukkan dengan suka cita.

Anggapan tersebut datang dari kisah Alexander Romance yang sudah ada sebelum Islam. Beberapa allamah Muslim menolak anggapan Alexander Agung adalah Dzul Qarnain, sebab Alexander Agung bukanlah monoteis, sedangkan Dzul-Qarnain adalah penyembah Allah dan hanya seorang penguasa. ...........................

"Si Dua Tanduk"

Dzulkarnain adalah Alexander Agung, raja Persia dan Yunani, atau Raja Timur dan Barat, oleh karena itu dia dipanggil Dzul Qarnain berarti: "Si Dua Tanduk".

Nama Alexander Agung sebagai Dzulkarnain ini juga tersebar diwilayah Timur Tengah dengan penyebutan yang berbeda-beda. Dia dikenal sebagai Eskandar dalam bahasa Persia dan bahkan diklaim dalam masa pembangunan Tembok Besar sebagai Sadd-e Eskandar oleh dinasi Parthia.

Dia sering diidentifikasi sebagai Dhul-Qarnayn dalam tradisi kuno Timur Tengah, dikenal sebagai Iskandar al-Kabeer dalam bahasa Arab, Sikandar-e-azam dalam bahasa Urdu, Skandar dalam bahasa Pashto, Dul-Qarnayim dalam bahasa Ibrani, dan Tre-Qarnayia dalam bahasa Aram (si Dua Tanduk), tampaknya disebabkan karena gambar dalam mata uang yang dibuat selama masa kekuasaannya yang melukiskan dirinya dengan dua tanduk domba dari dewa Mesir yaitu Ammon..

Berikut diberikan informasi tentang koin perak tetradrachm, menggambarkan Alexander Agung dengan tanduk dewa Ammon, dikeluarkan sekitar 242 / 241 SM.

...........................

Dzul Qarnain:
Menurut sumber Al-Quran


Sumber-sumber kuno Islam menyatakan bahwa Dzulkarnain adalah Alexander Agung, penakluk dari Macedonia. Berikut diberikan beberapa pandangan tersebut.

1. Menurut Ibn Ishaq Ibn Ishaq adalah penulis sejarah hidup Muhammad SAW yang paling awal. Dia lahir di Madinah tahun 85 H, meninggal di Baghdad 151 H. Kakeknya yang bernama Yasar jatuh ke tangan Khalid bin al Walid di tahun 12 H dan kemudian memeluk Islam. Ayah Muhammad ibn Ishaq banyak berhubungan dengan para ahli hadis generasi ke 2, terutama Zuhri, Qatada dan Abdullah bin Abu Bakar. Sementara Ibn Ishaq sendiri belajar agama hingga ke Mesir kepada Yazid bin abu Habib. Setelah kembali ke Madinah, ia terus mengkoleksi hadisnya.

Dalam bukunya sekalipun tidak menyebut nama Alexander, Ibn Ishaq mengkonfirmasikan bahwa Dzulkarnain adalah orang Yunani. Seorang laki-laki yang memiliki banyak cerita tentang orang-orang asing, yang turun temurun diantara mereka, mengatakan kepada saya bahwa Dzul Qarnain adalah seorang Mesir, yang namanya adalah Marzuban bin Mardhaba, orang Yunani yang diturunkan dari Yunan bin Yafith bin Nuh.

2. Menurut Ibn Hisyam Ibn Hisyam adalah orang yang mengedit dan menuliskan ulang buku biografi Muhammad SAW karangan Ibn Ishaq. Ibn Hisyam lahir di Basrah dan meninggal di Fustat Mesir sekitar tahun 218 H (sekitar tahun 828 M).

Dalam catatan kritisnya terhadap karya Ibn Ishaq, Ibn Hisyam mengkonfirmasikan nama Dzul Qarnain adalah Alexander.

Sumber: Sirah Ibnu Ishaq - Kitab Sejarah Nabi Tertua Muhammad bin Yasar bin Ishaq Muhamadiyah University Press, 2003, jilid 3, halaman 292.

Namanya adalah Alexander. Dia membangun Alexandria yang dinamakan sesuai dengan namanya. Jelas yang dimaksud disini adalah Alexander Agung, orang Yunani yang membangun kota Alexandria.

Sumber: Encyclopedia Wikipedia Alexander the Great http://en.wikipedia.org/wiki/ Alexander_ the_Great Dia membangun Alexandria di Mesir, yang akan menjadi ibu kota yang makmur dari dinasti Ptoleik setelah kematiannya Sumber : Ensiklopedi Fakta Alkitab J.I Packer, Merrill C. Tenney, William White Jr. Gandum Mas, Malang, 2001, halaman 311.

Selama 332 SM, Alexander bergerak dengan cepat memasuki kawasan Siria, Palestina dan Mesir. Ia merebut Tirus:, Sementara tinggal dilembah Nil selama musim dingin, Alexander memilih tempat itu untuk membangun sebuah pusat perdagangan baru. Kota baru ini dinamakan Alexandria 3. Menurut Abdullah Yusuf Ali Menurut Abdullah Yusuf Ali dalam catatan kaki Al-Quran terjemahannya.

Sumber : The Holy Qura€™an Abdullah Yusuf Ali Footnote no. 2428, Appendix VII, halaman 760, 763 4.

Menurut Situs Saifulislam Situs dibawah ini menuliskan nama ulama-ulama kuno yang menyokong pandangan bahwa Dzulkarnain adalah Alexander Agung sekalipun sang penulis menganggap pandangan itu adalah bathil.

Sumber: http://www.saifulis lam.com/artikel/ dzulqarnain. htm



Pendapat Kedua:
1. Dzulqarnain itu adalah Alexander the Macedon
2. Iaitu Alexander the Macedon, lahir di Macedonia tahun 356SM.
3. Ayahnya adalah Philip, Raja Macedonia ketika itu.
4. Philip menyerahkan anaknya Alexander kepada ahli falsafah, Aristotle untuk dididik.
5. Philip mati ketika Alexander berusia 20 tahun lalu beliau mengambil alih takhta iaitu pada tahun 336SM.
6. Selepas dua tahun menaiki takhta, beliau menyerang Parsi dan mengalahkan Raja Dara pada tahun 333SM lalu terus menawan Syam dan Iraq, seterusnya menawan India.
7. Dalam tempoh 10 tahun pemerintahannya, beliau telah menawan hampir semua kerajaan yang wujud di masa itu.
8. Kemudian beliau kembali ke Greece (Yunan).
9. Di dalam perjalanan pulang, Alexander singgah di Babylon di Iraq untuk berehat.
10. Beliau ditimpa demam panas selama 11 hari lalu meninggal dunia pada tahun 323SM ketika berusia 33 tahun.
11. Digelar Dzulqarnain (Yang Memiliki Dua Tanduk) kerana berjaya menguasai kerajaan Yunan dan Parsi yang merupakan dua kuasa terbesar pada masa itu.
12. Di antara yang berpendapat bahawa Alexander ini adalah Dzulqarnain yang disebutkan di dalam al-Quran, adalah majoriti ahli tafsir dan muarrikh seperti: Al-Masa€™udi, al-Maqrizi, ats-Tsaa€™labi, al-Idrisi, ar-Razi, Abu Hayyan, an-Nasafi, Abu al-Masa€™ud, al-Alusi, al-Qasimi dan Muhammad Farid Wajdi
13. Pendapat ini adalah batil kerana al-Quran menerangkan sifat-sifat Dzulqarnain sebagai seorang mukmin yang beriman, adil, zuhud terhadap harta dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar